Senin, 03 Desember 2018

menjadi dewasa (Part 1)

klise banget kata-kata ini sebenarnya, tapi sebagai seorang manusia pasti mengaalami hal ini bukan. 
belajar dari bayi menjadi merangkak, lalu dari merangkak menjadi jalan , lalu dari jalan menjadi berlari dari berlari lalu menjadi terhenti dan mati. 
semua berproses dan semua ada dalam tahapnya, laluuu...
ya lalu bagaimana menjadi dewasa ?  Correct gap besar antara berlari dan terhenti dan mati . disitulah manusia memilih apakah dia ingin berjalan atau berlari .  manusia memilih dikondisi apa mereka ingin berlari ataupun hanya sekedar jalan mengunakan kaki. lalu apakah menjadi dewasa suatu pilihan ? menurutku tidak .
balik lagi ke fitrah manusia , manusia semakin tua seakan-akan dituntut untuk mempunyai sifat dan sikap dewasa, walaupun diri sendiri belum mengerti lebih jauh bagaimana jadi dewasa. 
apakah tanggung jawab mengenai kelangsungan hidup? apakah terpaku dewasa dengan "manner"? atau dewasa krn mementingkan orang lain terlebih dahulu . 

lalu ....
sebenarnya ingin berontak dan bilang. "saya benci jadi dewasa" , saya benci untuk memaklumi suatu kesalahan dengan alasan "tolerir" atau "tengang rasa" atau "harus menghormati" atau bahasa lainnya . padahal benar adalah benar dan salah adalah salah, tidak berubah sedikitpun nilai sang salah atau nilai sang benar itu. lalu haruskan jadi dewasa dengan mengabaikan nilai penting salah dan benar itu sendiri ?

saya... 
seorang manusia, dia manusia, mereka manusia, lalu apa yg berbeda? haruskah menjadi mengalah atau tengang rasa untuk sesuatu yang salah ?  jika orang lain akan menjawab "iya" dan "harus menghormati bagaimanapun itu lebih tua/ itu orang tua" . semoga hanya otak dan frasa saya yg salah. 
terbiasa dengan sikap tangguh , singga rasa sakitpun sudah tidak terasa, oh atau mungkin yg dirasa hanya kecewa? entahlah , saya hanya menangis kencang ketika nenek saya meninggal dan setelah itu seberapapun orang menyakit saya hanya bersikap "jika saya benar, saya tidak peduli" . 

lalu , sekarang dititik genting , saya dipaksa untuk jadi dewasa dengan memahami perbedaan . perbedaan seakan-akan di blamming menjadi sesuatu yg dapat membenarkan kesalahan jadi hal benar. lucunya hidup... atau lucunya jadi dewasa ? . aahhhh.... sebuah kekonyolan yg terbalut kiasan "hormati" atau "maklumi" atau "kata lain yg mengpresentasikan hal tersebut. 

sejak kapan saya dipaksa jadi dewasa dan mau ? rasanya tidak pernah sepaham untuk ini .  saya sampai sekarang berontak tapi hanya sesekali ketika semua emosi jadi satu. ya bulatan emosi yg terpendam ketika dikeluarkan ternyata lebih menyakitkan. lalu... muncullah julukan julukan yg menurut akal sehat saya tidak dapat dibenarkan. 

satu frasa lagi dan rasanya lebih baik dibenci sekitar daripaada menjadi orang yg tidak punya tujuan hidup. persetanlah itu manner dan hormat . saya manusia, kamupun manusia lalu jika salah apakah ada kata pembenaran dari disebutkan "harus jadi dewasa" ?problematika hidup bukan sekedar ini . tapi hal ini menjadi krusial ketika tidak sejalan dengan "krbiasaan" orang2 dewasa. 

Terakhir kali kehilangan yang benar2 kehilangan . saya membenci ketika mereka tidak memberikan informasi apapun tentang nenek, syaa benci mengingatnya dan mereka berkata "demi kuliahmu" dan "supaya tidak menganggu" ;apakah itu jadi dewasa ? seumur hidup saya menyesal tidak datang lebih cepat untuk sekedar berada didetik terakhirnya . lebih dari sekedar tangis yg pecah, kecewa, rindu, benci, amarah, cinta, dan merasa dibodohi . 

ketahuilah saya hanya manusia yang berusaha jadi manusia bukan berpura2 jadi manusia yg mengatas namakan kedewasaan 


Rangkaian produk daycream dan night cream scarlet yang ngebuat auto glowing , (Brightly Ever After Day Cream and Night cream)

 Hallo semua  Assalamualaikum wrwb  Ga lengkap nih setelah kemarin review serum scarlet , kayaknya wajib pake banget buat trial face cream y...